KARYA TULIS ILMIAH
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI DESA
ADAT TENGANAN BALI
Disusun Oleh :
Yuninda Tri Noor Indahsari
( NIS. 5529 )
SMA NEGERI 1
BANGUNTAPAN
BANTUL
2014
HALAMAN
PENGESAHAN
PENGELOLAAN
SUMBER DAYA ALAM HAYATI DI DESA ADAT TENGANAN BALI
Telah diketahui dan disetujui oleh
pembimbing dan telah disyahkan oleh Kepala SMA Negeri 1 Banguntapan untuk
memenuhi tugas Karya Tulis Ilmiah bidang Biologi.
Disusun oleh :
Yuninda Tri Noor
Indahsari
(NIS : 5529)
Telah disetujui
pada :
Hari, tanggal :
Sabtu, 29 Maret 2014
Tempat : SMA Negeri 1
Banguntapan
Mengetahui
Kepala SMA Negeri 1 Banguntapan Pembimbing,
Drs. Edison Ahmad Jamli Dyah
Esti Wardani
NIP.
195811291985031011 NIP.196810022005012005
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati Di Desa
Adat Tenganan Bali” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah
satu tugas Outdoor Learning tujuan Bali mata pelajaran Biologi (Ilmu
Pengetahuan Alam) yang dilaksanakan pada 6 s/d 10 Januari 2014.
Dalam
kesempatan ini saya selaku penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1.
Bpk. Drs. Edison Ahmad Jamli selaku Kepala Sekolah,
2.
Ibu Dyah Esti Wardani selaku
Guru Pembimbing (Biologi),
3.
Semua pihak yang tidak sempat kami sebutkan satu per satu
yang turut membantu kelancaran dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis
menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Banguntapan,
Maret 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB. I Pendahuluan............................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang.................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................. 3
C.
Tujuan
Penulisan............................................................................... 3
BAB. II Tinjauan Kepustakaan.......................................................................... 4
A.
Dasar
Teori........................................................................................ 4
B.
Hipotesis
Penulisan........................................................................... 6
BAB. III Pembahasan Hasil................................................................................ 7
A.
Deskripsi
Objek................................................................................. 7
B.
Analisis
Data..................................................................................... 9
BAB. IV Penutup................................................................................................. 13
A.
Kesimpulan........................................................................................ 13
B.
Saran.................................................................................................. 13
Daftar Pustaka..................................................................................................... 15
Gambar................................................................................................................ 16
Instrumen Kimia.................................................................................................. 20
Instrumen Biologi................................................................................................ 21
Instrumeen Fisika................................................................................................ 29
Instrumen Sejarah................................................................................................
31
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini lingkungan kita telah
masuk dalam kondisi krisis. Eksploitasi manusia terhadap lingkungan tanpa
memperhatikan daya dukung lingkungan serta kegagalan untuk memahami
prinsip-prinsip ekologi dan konsekuensinya merupakan faktor utama penyebab
masalah-masalah lingkungan. Salah satu bentuk krisis lingkungan yang saat ini
kita alami adalah krisis lingkungan hutan atau degradasi hutan. Krisis lingkungan hutan atau degradasi
hutan merupakan salah satu persoalan lingkungan yang saat ini semakin banyak
mendapatkan perhatian. Degradasi hutan ini terjadi sebagai akibat dari
aktivitas-aktivitas manusia yang sering kali mengeksploitasi hutan dan sumber
daya yang terkandung di dalamnya tanpa memperhatikan daya dukung dan
keberlanjutannya, seperti aktivitas pembakaran hutan dan illegal loging. Di
samping itu, berbagai bentuk kebijakan pembangunan ekonomi yang ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di berbagai belahan dunia juga tidak
jarang harus mengorbankan kelestarian hutan. Di sisi lain, degradasi hutan juga
diakibatkan oleh pembukaan kawasan hutan untuk lahan pertanian dan pemukiman
penduduk sebagai akibat populasi manusia yang terus meningkat juga masih
terjadi
Di samping itu, isu global mengenai
adanya perubahan iklim global juga dinilai memiliki kaitan erat dengan aspek
kelestarian hutan. Perubahan iklim global tersebut menimbulkan suatu tantangan
yang sangat rumit bagi kemanusiaan dan berdampak pada pola-pola kerentanan dan
bahaya. Terkait dengan perubahan iklim global ini, Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) (dalam Pambudy, 2011) menyatakan bahwa 65 persen
kejadian bencana di Indonesia merupakan bencana hidrometeorologi, yaitu berhubungan
dengan curah hujan dan iklim, berupa banjir, longsor, angin topan, serta pasang
dan gelombang laut. Namun, kerusakan hutan pada umumnya terjadi karena ulah
manusia, antara lain, karena penebangan pohon secara besar-besaran, kebakaran
hutan, dan praktik peladangan berpindah. Kerugian yang ditimbulkan dari
kerusakan hutan, misalnya punahnya habitat hewan dan tumbuhan, keringnya mata
air, serta dapat menimbulkan bahaya banjir dan tanah longsor.
Berbeda dengan perilaku manusia yang
sering kali mengeksploitasi hutan dan sumber daya yang terkandung di dalamnya
dengan tanpa memperhatikan daya dukung dan keberlanjutannya, di sisi lain masih
terdapat masyarakat-masyarakat tradisional dengan kearifan lokalnya yang
dinilai mampu memanfaatkan dan mengelola lingkungan hutan secara arif dan
berkelanjutan.
Desa Adat
Tenganan Pegeringsingan merupakan sebuah desa yang sulit untuk tersentuh efek
globalisasi. Bahkan pendidikan saja baru dalam waktu belakangan ini bisa
diterima masuk oleh masyarakat desa yang terletak dari pusat kota Bali ini.
Banyaknya hal menarik dari Desa Adat Tenganan Pegeringsingan ini mulai dari
letak geografisnya, dan adat istiadatnya terutama cara mereka mengelola sumber
daya alam yang berada di wilayahnya menjadi salah satu alasan untuk menuangkannya
dalam bentuk tulisan. Berbagai hal lainnya yang ada di Desa Adat Tenganan
Pegeringsingan melahirkan banyak pertanyaan dan keinginan untuk mengkaji lebih
dalam tentang Desa Adat Tenganan Pegeringsingan. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengelolaan
Sumber Daya Alam Hayati Di Desa Adat Tenganan Bali”.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
pengelolaan hutan berdasarkan adat istiadat di Desa Tenganan?
2.
Bagaimana
masyarakat Desa Tenganan menjaga flora dan fauna yang berada di desa tersebut?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk
mengetahui pengelolaan hutan di Desa Tenganan berdasarkan adat istiadatnya.
2.
Untuk
mengetahui cara masyarakat Desa Tenganan menjaga flora dan fauna yang berada di
desa tersebut.
BAB
II
TINJAUAN
KEPUSTAKAAN
A.
DASAR TEORI
Dharmika
(1992) menyatakan bahwa kelestarian lingkungan di desa adat Tenganan
Pegringsingan dapat dipertahankan sampai sekarang karena potensi sosial budaya
yang mereka miliki. Potensi budaya terlihat dalam kepercayaan tentang dunia Buana Agung dan Buana Alit di mana hubungan diantara dunia ini harus selalu dijaga,
kepercayaan tentang adanya penjaga hutan (Lelipi
Selahan Bukit) dan adanya aturan-aturan adat (awig-awig) dengan sanksi-sanksi yang tegas dan nyata. Suryadarma
(tanpa tahun) menyatakan bahwa masyarakat Adat Desa Tenganan merupakan satu
kelompok yang memiliki keunikan tradisi perlindungan hutan. Keunikannya
bertumpu pada kesederhanaan struktur kelembagaan dan kekuatan memegang komitmen
dan bertanggung jawab atas segala tindakannya. Perlindungan kawasan hutan
sebagai bentuk penghormatan terhadap pelindung alam dan kemanusiaan.
Nurjaya (2009) menyatakan bahwa temuan dari
penelitian-penelitian antropologis mengenai pengelolaan sumber daya hutan oleh
masyarakat lokal di negara-negara Asia dan Amerika Latin membuktikan bahwa
masyarakat asli (indigenous people)
memiliki kapasitas budaya, sistem pengetahuan dan teknologi, religi, tradisi,
serta modal sosial seperti etika dan kearifan lingkungan, norma-norma dan
institusi hukum untuk mengelola sumber daya alam secara bijaksana dan
berkelanjutan. Salah satu contoh dari masyarakat tersebut adalah masyarakat di
desa adat Tenganan Pegringsingan yang berada di Kecamatan Maggis, Kabupaten
Karangasem, Provinsi Bali.
Susilo
(2009: 35) menyatakan bahwa seperti banyak diungkapkan penganut struktural,
mitos memiliki banyak fungsi demi menciptakan tertib sosial, baik fungsi
psikologis, maupun fungsi sosial. Dari fungsi psikologis, mitos mampu
mengurangi kecemasan-kecemasan, sedangkan fungsi sosial ia mampu menumbuhkan
solidaritas kolektif, identitas kolektif, keharmonisan komunal, dan stabilitas
kultural.
Dharmika
(1992) menjelaskan awig-awig adalah
suatu bentuk hukum tertulis yang memuat seperangkat kaedah-kaedah sebagai
pedoman bertingkah laku dalam masyarakat dan disertai dengan sanksi-sanksi yang
dilaksanakan secara tegas dan nyata. Awig-awig
masyarakat desa adat Tenganan Pegringsingan, termasuk yang mengatur
hubungan manusia dengan lingkungan sampai saat ini masih ditaati oleh
masyarakat desa adat tersebut. Hal ini tidak terlepas dari ketatnya penerapan
dari awig-awig tersebut, di mana
dalam penerapannya tidak pandang bulu dan bagi yang melanggar akan dikenai
sanksi yang berat.
Sementara
itu, Dharmika (1992) menjabarkan bahwa awig-awig
desa adat Tenganan Pegringsingan antara lain menetapkan penebangan
pohon-pohon harus seizin desa. Penebangan itu pun hanya boleh dilakukan
terhadap pohon yang telah berumur serendah-rendahnya 40 tahun. Izin penebangan
baru diberikan atas permintaan, dan setelah diadakan penelitian terhadap jenis
pohon yang akan ditebang.
Purba
(2006) bahwa manusia secara aktif mengolah sumber daya alam dan mengelola
lingkungan sesuai dengan resep-resep budaya yang merupakan himpunan abstraksi
pengalaman mereka dalam menghadapi tantangan, hal itulah yang menyebabkan
dewasa ini berkembang berbagai macam pola adaptasi manusia terhadap
lingkungannya yang kadang-kadang tidak mudah dimengerti oleh pihak ketiga yang
mempunyai latar belakang sosial dan kebudayaan yang berbeda.
Purba
(2006) menyatakan bahwa kearifan lingkungan (ecological wisdom) merupakan pengetahuan yang diperoleh dari
abstraksi pengalaman adaptasi aktif terhadap lingkungannya yang khas.
Sementara
itu, Prof. Suwardi, MS (dalam Purba, 2006) menyatakan kearifan lingkungan
sebagai aktivitas dan proses berfikir, bertindak dan bersikap secara arif dan
bijaksana dalam mengamati, memanfaatkan dan mengolah alam sebagai suatu lingkungan
hidup dan kehidupan manusia secara timbal balik. Kesuksesan kearifan lingkungan
itu biasanya ditandai dengan produktivitas, sustainabilitas dan equitablitas
(Atapuah dalam Purba, 2006).
Affeltranger
(2007: 10) menyatakan meskipun tidak tepat, metode-metode seperti itu
menunjukkan adanya kesadaran tentang potensi risiko yang telah membuat orang
mempertimbangkan tindakan alternatif untuk melindungi penghidupan mereka.
B.
HIPOTESIS
PENULISAN
Pengelolaan hutan di Desa Adat Tenganan berdasarkan
aturan adat yang sangat mengikat merupakan wujud dari kearifan lokal dalam
menjaga flora dan fauna dengan mengandalkan corak berpikir tradisional dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB
III
PEMBAHASAN
HASIL
A.
DESKRIPSI OBJEK
Tenganan
adalah desa yang mempunyai keunikan sendiri di Bali, desa yang terletak cukup
terpencil dan terletak di Kabupaten Karangasem Bali. Tenganan, demikian nama
desa itu, atau biasa disebut Bali Aga. Untuk mencapai desa ini melalui jalan
darat dan berjarak sekitar 60 km dari pusat kota Denpasar Bali. Desa tenganan
mempunyai luas area sekitar 1.500 hektar. Penduduk Desa Adat Tenganan bermata
pencaharian sebagai petani. Dalam hal ini adalah petani pemilik bukan sekedar
petani penggarap. Luas daerah dari desa terdiri dari 8 % pemukiman, 22 % sawah,
dan sisanya 70 % lahan kering dan instruktur desa. Seluruh tanah tersebut adalah milik desa adat meskipun atas
nama individu atau kelompok. Awig-awig desa mengatur tentang pengelolaan tanah di desa
tersebut dan orang Tenganan Pegringsingan tidak boleh menjual atau menggadaikan
tanah kepada orang luar. Tak mengherankan, luas wilayah Tenganan Pegringsingan
sejak abad ke-11 hingga sekarang tetap sama. Sebagaimana
disampaikan oleh I Putu Suwarjono sebagai Kepala Desa yang menjabat saat ini. Dari
jumlah demikian maka setiap warga Desa Tenganan memiliki harta 1,5 ha. Di desa
Tenganan data penduduk terdapat 210 kk, 664 penduduk dan 2822 jiwa. Desa Adat
Tenganan Pegringsingan sebuah desa dari masa Bali Kuno atau Bali Aga, yaitu
sistem sosial budaya dari masa sebelum masa Majapahit yang dikenal dengan Bali
Arya adalah sebuah desa yang berlokasi di suatu lembah yang memanjang dari
Selatan sampai Utara di antara Bukit Kangin dan Bukit Kauh di Kecamatan
Manggis, Kabupaten Karang Asem.
Masyarakat yang tinggal di Desa
Tenganan ini adalah suku asli Bali yang tetap mempertahankan pola hidup
tradisional sampai saat ini. Ketaatan masyarakat pada aturan tradisional desa
yang diwariskan nenek moyang mereka secara turun temurun menjadi sebuah benteng
kokoh dari pengaruh luar. Desa ini sangat tradisional karena dapat bertahan
dari arus perubahan jaman yang sangat cepat dari teknologi. Walaupun sarana dan
prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa Tenganan ini, tetapi rumah dan
adat tetap dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotik. Ini
dikarenakan Masyarakat Tenganan mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat,
yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah mereka tulis sejak abad 11 dan
sudah diperbaharui pada Tahun 1842. Desa tenganan mempunyai luas area sekitar 1.500 hektar,
ketika tempat wisata – wisata yang lain dibali berkembang pesat seperti Pantai
Kuta, Pantai Amed, yang sangat meriah dengan kehadiran Hotel, Pantai, Café, dan
kehidupan malamnya.
Desa Adat Tenganan
adalah sebuah desa yang dikenal internasional namun kurang dikenal di nasional.
Hal tersebut karena niat keras dari masyarakatbya secara turun temurun untuk
menjaga kelestarian di Desa Adat Tenganan. Ternyata hal itu membuat Desa Adat
Tenganan dikenal PBB dan menjadi salah satu tujuan wisata lokal maupun luar
negeri. Namun ternyata ada bagian yang tidak bisa bertahan lama dari Desa Adat
Tenganan. Sebuah ayunan yang menjadi simbol kenyamanan dan keseimbangan saat
ini sudah rusak dan tidak bisa dipakai lagi.
Desa Tenganan tetap saja berdiri
kokoh tidak peduli dengan perubahan jaman dengan tetap bertahan dengan tiga
balai desanya yang kusam dan rumah adat yang berderet yang sama persis satu
dengan lainnya. Dan tidak hanya itu didesa ini keturunan juga dipertahankan
dengan perkawinan antar sesama warga desa. Oleh karena itu Desa Tenganan tetap
tradisional dan eksotik, walaupun masyarakat Tenganan menerima masukan dari
dunia luar tetapi tetap saja tidak akan cepat berubah, karena peraturan desa
adat /awig-awig mempunyai peranan yang sangat penting terhadap masyarakat Desa
Tenganan. Peraturan lain yang cukup
ketat adalah mengenai pengambilan hasil bumi milik pribadi. “Pohon yang ada di
wilayah Tenganan Pegringsingan tidak boleh ditebang secara sembarangan,
terutama pohon nangka, kemiri, cempaka, tehep,
pangi, dan durian walaupun di atas tanah
milik pribadi,” ujar Sadra, mantan kepala Desa Tenganan Pegringsingan. Kalau
ada izin penebangan kayu, desa adat akan mengirimkan utusan untuk memeriksa
pohon yang akan ditebang. “Jika yang memeriksa kayu mengatakan kayu tersebut
sudah mati, baru boleh ditebang,” sambungnya. Beberapa jenis buah, seperti
durian, tehep, pangi, dan
kemiri tidak boleh dipetik dan harus dibiarkan matang di pohon sampai jatuh
dengan sendirinya. Siapa pun yang menemukan buah yang jatuh tersebut, berhak
menjadi pemiliknya.
Konsep
kehidupan berkelanjutan telah dimiliki orang Tenganan Pegringsingan sejak dulu.
Ibarat lambang Swastika di Bali, konsep desa itu seakan berpesan kepada
keturunannya agar terus menjaga keseimbangan hidup sehingga kehidupan ini bisa
senantiasa berlanjut. Tak ingin berhenti sampai di situ, desa penerima anugerah
Kalpataru pada tahun 1989 ini terus berupaya melakukan upaya pelestarian
lingkungan yang berkesinambungan.
B.
ANALISIS DATA
Keberadaan
hutan sesungguhnya sangat menguntungkan bagi kelangsungan hidup manusia. Hutan
yang sering disebut sebagai paru-paru dunia memiliki fungsi-fungsi antara lain
sebagai penyimpan cadangan air bersih, mencegah dan membatasi banjir, mencegah
erosi, memelihara kesuburan tanah, menghasilkan oksigen dan mengurangi polusi
udara, menjaga kestabilan iklim, serta fungsi-fungsi lainnya yang berguna bagi
kelangsungan hidup manusia. Namun dewasa ini, aktivitas-aktivitas eksploitasi
hutan dan sumber daya hutan yang dilakukan manusia dengan tanpa mempetimbangkan
daya dukung dan keberlanjutan lingkungan hutan telah menyebabkan terganggunya
fungsi-fungsi tersebut.
Kearifan
lokal masyarakat desa adat Tenganan Pegringsingan dalam pelestarian lingkungan
hutan tersusun atas nilai-nilai, norma, hukum-hukum dan pengetahuan yang
dibentuk oleh ajaran agama, kepercayaan-kepercayaan, tata nilai tradisional dan
pengalaman-pengalaman yang diwariskan oleh leluhur yang akhirnya membentuk
sistem pengetahuan lokal yang digunakan oleh masyarakat untuk memanfaatkan,
mengelola, serta menjaga hutan dan sumber daya yang terkandung di dalamnya agar
tetap lestari. Hal ini dikarenakan masyarakat sadar bahwa keberadaannya sangat
bergantung pada hutan di sekitar tempat tinggalnya.
Masyarakat desa adat Tenganan Pegringsingan juga memiliki awig-awig yang mengatur tatanan kehidupan masyarakat
desa adat Tenganan Pegringsingan, termasuk pula dalam hubungannya dengan
lingkungan hutan. Awig-awig masyarakat
desa adat Tenganan Pegringsingan, termasuk yang mengatur hubungan manusia
dengan lingkungan sampai saat ini masih ditaati oleh masyarakat desa adat
tersebut. Hal ini tidak terlepas dari ketatnya penerapan dari awig-awig tersebut, di mana dalam
penerapannya tidak pandang bulu dan bagi yang melanggar akan dikenai sanksi
yang berat. Sanksi-sanksi tersebut dapat berupa antara lain:
1. Dosen,
yaitu peringatan, denda, dan melaukan tugas yang diperintahkan desa seperti
mencari ijuk atau mengumpulkan batu kali untuk desa. Di samping itu, si
pelanggar juga diharuskan meminta maaf di Bale
Agung pada waktu diadakan rapat rutin setiap malam;
2. Sikang, yaitu si pelanggar dilarang masuk
ke rumah-rumah tetangga, ke kuil-kuil desa, dan dilarang naik ke Bale Agung;
3. Penging, yaitu selain dilarang masuk ke
rumah-rumah tetangga, si pelanggar juga dilarang keras berjalan di depan
kuil-kuil desa di Bale Agung;
4. Sapasumada, yaitu si pelanggar tidak boleh
disapa atau tidak boleh diajak bicara. Kalau dia bertanya kepada orang lain,
maka hanya boleh dijawab satu kali saja. Seseorang yang menjawab lebih dari
satu kali, dapat dijatuhi sanksi dosen;
5. Kesah, yaitu si pelanggar dikeluarkan
dari desa adat dan diusir dari wilayah desa.
Adanya awig-awig
yang disertai sanksi tegas dan nyata bagi pelanggarnya ini turut berkontribusi
terhadap kelestarian hutan di sekitar desa adat Tenganan Pegringsingan. Kondisi
ini sekaligus menyebabkan kerentanan penduduk terhadap bencana menjadi rendah,
mengingat letak desa adat Tenganan Pegringsingan yang berada di lembah yang
dikepung oleh tiga bukit, sudah tentu sangat rentan terhadap terhadap bencana,
seperti bencana tanah longsor, kekeringan, atau banjir.
Aturan-aturan adat tentang pemanfaatan lingkungan, termasuk
dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan dan sumber daya hutan yang bersumber
pada awig-awig desa adat Tenganan
Pegringsingan antara lain:
1. tidak boleh menebang pohon dengan
sekehendak hati, tidak boleh menebang pohon yang masih hidup. Pelanggaran
terhadap aturan ini akan dikenakan sanksi berupa denda uang sebesar 400 kepeng,
dan kayu yang ditebang di sita oleh desa adat Tenganan Pegringsingan;
2. pohon boleh ditebang untuk keperluan bangunan
atau untuk kayu api setelah pohon tersebut mati;
3. untuk pohon yang sudah mati, jika
ingin dipotong harus dilaporkan kepada desa adat untuk kemudian diperiksa kebenarannya;
4. jenis pepohonan yang dilarang untuk
ditebang misalnya kemiri, tehep, durian, cempaka, enau, pangi dan nangka,
dilarang ditebang jika pepohonan tersebut masih hidup;
5. dengan alasan tertentu, misalnya karena
menghalangi tumbuhnya pohon lain, pohon-pohon yang terlarang tersebut boleh
ditebang setelah mendapat izin dari krama adat;
6. penebangan pohon yang masih hidup
pada tanah sendiri boleh dilakukan untuk keperluan bahan bangunan bagi keluarga
yang baru menikah. Hal ini disebut dengan tumapung.
Penebangan boleh dilakukan dengan persetujuan desa adat;
7. penebangan pohon untuk keperluan
desa seperti untuk memperbaiki pura, boleh dilakukan dengan pertimbangan karma
adat tanpa mempertimbangkan kondisi tumbuhan dan kepemilikannya (rampagan);
8. buah-buahan tidak boleh dipetik dari
pohonnya. Buahnya hanya boleh diambil jika sudah jatuh dari pohonnya. Hal ini
berlaku baik pohon buah tersebut terletak dalam tanah pribadi maupun tanah
desa; bagi yang melanggar dikenakan denda 25 kg beras ditambah harga dari buah
yang dipetik. Denda tersebut 50% diserahkan ke desa adat, dan 50% diberikan ke
pelapor yang identitasnya dirahasiakan;
9. tidak boleh menjual atau
menggadaikan tanah ke luar. Bagi yang melanggar, tanah tersebut akan disita
oleh desa adat.
Awig-awig desa adat Tenganan Pegringsingan juga
menetapkan bahwa penebangan pohon-pohon harus seizin desa. Penebangan itu pun
hanya boleh dilakukan terhadap pohon yang telah berumur serendah-rendahnya 40
tahun. Izin penebangan baru diberikan atas permintaan, dan setelah diadakan
penelitian terhadap jenis pohon yang akan ditebang. Pelanggaran terhadap
ketentuan itu akan dikenakan sanksi bertingkat, mulai dari larangan masuk rumah
tetangganya selama satu bulan ditambah denda, sampai dikeluarkan dari desa.
Awig-awig tersebut juga mengatur tanaman apa yang tidak bisa ditanam, pohon apa
yang tidak boleh ditebang, buah apa yang tidak bisa dipetik langsung dari
pohonnya melainkan hanya bisa diambil setelah jatuh dengan sendirinya ke tanah,
bagaimana cara memungut hasil bumi di wilayah desa Tenganan, bagaimana cara
pemeliharaan hewan dan melepas hewan, bagaimana seandainya ada yang mencuri
memetik buah atau menebang pohon larangan dan sebagainya.
BAB
IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari semua yang telah dipaparkan di
atas terkait kearifan lokal masyarakat desa adat Tenganan Pegringsingan, maka
dapat dinilai bahwa sesungguhnya masyarakat desa adat tersebut telah melakukan
tindakan preventif, yaitu upaya-upaya yang mengutamakan pengurangan risiko
bencana, melalui tindakan-tindakan pelestarian lingkungan hutan dan sumber daya
yang terkandung di dalamnya. Sekalipun mereka masih mengandalkan pada corak
berfikir tradisional, namun mereka sangat menghormati alam lewat
kearifan-kearifan ekologis yang tidak lebih sebagai hidup yang mereka geluti
sehari-hari. Terkait dengan corak berfikir tradisional dalam masyarakat terkait
dengan pengurangan risiko bencana. Masyarakat di desa adat Tenganan mempunyai
awig-awig yang telah mampu menata tindakan-tindakan dan tingkah laku
berinteraksi antara manusia dan lingkungan alam, termasuk juga menata
tindakan-tindakan dan tingkah laku masyarakat desa adat Tenganan Pegringsingan
dalam memanfaatkan dan mengelola hutan serta sumber daya yang terkandung di
dalamnya.
B.
SARAN
Segala bagian positif
yang ada di Desa Adat Tenganan bisa menjadi bahan perbandingan dengan keadaan
Indonesia saat ini. Pelestarian alam Tenganan yang begitu dijaga menjadi solusi
atas masalah bencana alam dan ilegal loging yang terjadi di Indonesia. Konstitusi
bisa menjadi bukti bahwa hukum adat di Indonesia lebih diterima di mata
masyarakat. Perhatian pemerintah juga harus lebih ditingkatkan. Fakta di
Tenganan menunjukkan tingginya perhatian pemerintah terhadap masyarakatnya akan
memberikan tingginya kesadaran dan ketaatan masyarakat terhadap hukum positif.
Atas segala sesuatu yang telah dijabarkan panjang lebar. Maka yang menjadi
tujuan dan esensi utama Karya Tulis Ilmiah ini adalah Pengelolaan Sumber Daya
Alam Di Desa Adat Tenganan yang dapat menjadi bahan studi banding atas keadaan
Indonesia saat ini.
Dan apabila dalam penyusunan laporan
Karya Tulis Ilmiah di Desa Adat Tenganan ini banyak kekurangan dan kesalahan,
kami selaku penulis mohon saran dan bimbingannya agar dalam penyusunan yang
akan datang bisa lebih baik dan lengkap.
DAFTAR
PUSTAKA
Affeltranger,
B. 2007. Hidup akrab dengan bencana:
Sebuah tinjauan global tentang inisiatif-inisiatif pengurangan bencana.
Jakarta: MPBI.
Dharmika,
I. A. 1992. Awig-awig desa adat Tenganan Pegringsingan dan kelestarian
lingkungan: Sebuah kajian tentang tradisi dan perubahan. Tesis (tidak diterbitkan). Universitas Indonesia. Tersedia pada www.lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=81933.
Nurjaya,
I N. 2009. Menuju pengakuan kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya alam:
Perspektif antropologi hukum. Kertha
Wicaksana, 15(2): 102-109. Tersedia pada
isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/15209102109. pdf.
Purba, J.
2009. Bunga rampai kearifan lingkungan. Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
Susilo, R.
K. D. 2009. Sosiologi lingkungan. Jakarta:
Rajawali Pers.
GAMBAR








INSTRUMEN OUTDOOR LEARNING DI BALI
MATA PELAJARAN : KIMIA
TAHUN PELAJARAN 2013/1014
Pertanyaan :
1. Sebutkan
bahan dasar produk dari industri yang siswa kunjungi!
2. Klasifikasikan
bahan dasar produk tersebut ke dalam kelumpok unsur, senyawa atau campuran!
3. Sebutkan
bahan aditif yang digunakan dan manfaat penambahan pada kualitas produk!
4. Sebutkan
dampak pemakaian bahan aditif terhadap lingkungan!
5. Jelaskan
proses pembuatan produk dengan reaksi kimia!
6. Limbah
apa yang dihasilkan dari proses pembuatan produk?
7. Bagaimana
industri mengolah limbah yang dihasilkan?
Jawab
:
1. Semi
katun PG lakosa.
2. Campuran.
3. Bahan
pada sablon yaitu zat pewarna yang efeknya untuk memperindah suatu produk.
4. Pencemaran
lingkungan
5. Sablon.
6. Kain
dan sisa zat pewarna sablon.
7. Kainnya
dijual kepada pengrajin agar dapat didaur ulang menjadi barang yang berguna dan
sisa zat sablon diproses dan digunakan lagi untuk penyablonan lagi.
INSTRUMEN OUTDOOR LEARNING MAPEL BIOLOGI
TUJUAN : BALI
1. Analisislah
menu makanan yang dikonsumsi selama kegiatan outdoor learning dengan mengisi
tabel di bawah ini!
NO
|
HARI/TGL
|
JADWAL MAKAN/ JENIS MAKANAN
|
SUMBER BAHAN MAKANAN
|
GRAM/KALORI
|
1.
|
Senin,
6 Januari 2014
|
Makan pagi + snack
Makan siang + snack
Makan malam + snack
|
Karbohidrat: arem-arem, roti
Protein: kacang
Lemak: pastel
Vitamin:
Mineral: air mineral
Karbohidrat: nasi
Protein: ayam goreng, sop
Lemak: ayam goreng, kerupuk
Vitamin: semangka
Mineral: teh
Karbohidrat: nasi, mie
Protein: sop
Lemak: ayam goreng
Vitamin: semangka
Mineral: teh
|
150 kal
97 kal
302 kal
175 kal
115 kal
310 kal
200 kal
110 kal
160 kal
|
|
Selasa,
7 Januari 2014
|
Makan pagi + snack
Makan siang + snack
Makan malam + snack
|
Karbohidrat: nasi
Protein: ayam
Lemak: ayam semur, soto
Vitamin: semangka
Mineral: teh
Karbohidrat: nasi
Protein: sop sayur
Lemak: ayam goreng
Vitamin:
Mineral: air mineral
Karbohidrat: nasi, mie
Protein: ikan
Lemak: mie goreng
Vitamin:
Mineral: teh
|
175 kal
145 kal
150 kal
175 kal
110 kal
160 kal
200 kal
120 kal
150 kal
|
|
Rabu,
8 Januari 2014
|
Makan pagi + snack
Makan siang + snack
Makan malam + snack
|
Karbohidrat: nasi
Protein: tempe
Lemak: ayam goreng
Vitamin:
Mineral: teh
Karbohidrat: nasi
Protein: sayur
Lemak: ayam goreng
Vitamin: semangka
Mineral: air mineral, teh
Karbohidrat: nasi
Protein: tempe
Lemak: ayam bakar
Vitamin: semangka
Mineral: teh
|
175 kal
64 kal
200 kal
175 kal
89 kal
93 kal
175 kal
80 kal
200 kal
|
|
Kamis,
9 Januari 2014
|
Makan pagi + snack
Makan siang + snack
Makan malam + snack
|
Karbohidrat: nasi pecel
Protein: telur, tempe
Lemak:
Vitamin:
Mineral: teh
Karbohidrat: nasi
Protein: tahu
Lemak: nugget ayam, mie goreng
Vitamin: semangka
Mineral: teh
Karbohidrat: nasi
Protein: mie bihun
Lemak:ayam goreng
Vitamin: sayur
Mineral: teh
|
200 kal
350 kal
175 kal
100 kal
400 kal
175 kal
150 kal
200 kal
120 kal
|
|
Jum’at,
10 Januari 2014
|
|
|
|
Catatan
:
o
1 gram karbohidrat mengandung 4,1 kalori
o
1 gram protein mengandung 4,1 kalori
o
1 gram lemak mengandung 9,3 kalori
Pertanyaan :
a. Sumber
bahan makanan apa saja yang dikonsumsi selama kegiatan outdoor learning?
Uraikan!
b. Dari
hasil analisis perhitungan kisaran jumlah kalori yang terkandung dalam makanan
yang dikonsumsi apakah sudah memenuhi kecukupan kalori yang dibutuhkan tubuh?
c. Kendala-kendala
apa sajakah yang dihadapi berkaitan dengan kebutuhan makan selama kegiatan
outdoor learning? Bagaimana menurut pendapatmu?
Jawab :
a. Bahan
makanan yang dikonsumsi selama outdoor learning adalah
1)
karbohidrat yang diperoleh dari
arem-arem, roti dan nasi,
2)
protein yang diperoleh dari kacang,
ayam, tahu, telur, tempe, sayur sop, mie bihun dan ikan,
3)
lemak yang diperoleh dari patel,
kerupuk, ayam semur, soto, ayam goreng, ayam bakar, mie goreng, nugget ayam,
4)
vitamin yang diperoleh dari sayuran dan
semangka,
5)
mineral yang diperoleh dari teh dan air
mineral.
b. Dari
hasil analisis perhitungan kisaran jumlah kalori yang terkandung dalam makanan
yang dikonsumsi sudah memenuhi kecukupan kalori yang dibutuhkan tubuh, justru
lebih kalori karena dari nutrisi yang didapat dari makanan yang telah
dikonsumsi, banyak makanan yang mengandung lemak dan kalori yang besar seperti
ayam, telur, dan makanan yang digoreng lainnya. Justru dari semua makanan yang
dikonsumsi sangat kurang kandungan seratnya bagi tubuh kita, seperti sayuran
dan buah.
c. Kendala-kendala
yang dihadapi berkaitan dengan kebutuhan makan selama kegiatan outdoor learning
adalah kurangnya memperhatikan kebersihan makanan di sebagian tempat.
2.
Lengkapi tabel di bawah ini tentang
deskripsi objek yang dikunjungi :
NO
|
NAMA OBJEK/ LOKASI
|
DESKRIPSI OBJEK
|
LINGKUNGAN ABIOTIK
|
LINGKUNGAN BIOTIK
|
|
Hewan
|
Tumbuhan
|
||||
1.
|
PANTAI TANJUNG BENOA
|
Merupakan pusatnya wisata air di Bali.
Lokasinya bertetanggaan dengan kawasan wisata Nusa dua dan mempunyai daya
tarik yang unik.
|
Air
Batu
Pasir
|
Anjing 2
Penyu <20
Burung 1
|
k kelapa<10
k kamboja<5
ba bakau=banyak
|
2.
|
PANTAI KUTA
|
Terletak di sebelah selatan Denpasar,
tepatnya di Kabupaten Badung. Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis
mancanegara dan telah menjadi onjek wisata andalan Pulau Bali sejak awal
70-an, dan sering disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) atau
sebagai lawan dari Pantai Sanur.
|
Pasir
Air
|
Kepiting >2
Kerang >5
|
Kelapa<10
Ketapang<5
|
3.
|
PANTAI SANUR
|
Terletak persis di sebelah timur kota
Denpasar/ kotamadya Denpasar. Memiliki ombak yang cukup tenang. Dan dikenal
sebagai pantai matahari tebit (sunrise beach) sebagai lawan dari Pantai Kuta.
|
Air
Batu
Pasir
|
Anjing 2
Kucing 3
|
Kamboja<10
Kelapa<10
|
4.
|
PURA SANGEH
|
Terletak 20km di sebelah utara
Denpasar, di seberang jalan menuju Palaga.
|
Batu
Tanah
|
Banyak kera
|
Hutan pohon pala
|
5.
|
DANAU BEDUGUL
|
Terletak di Desa Candi Kuning,
Kecamatan Baturiti, Tabanan. Jaraknya sekitar 70km dari wilayah wisata Kuta/
Bandara Ngurah Rai.
|
Air
Batu
|
|
Adanya Kebun Raya Bedugul yang terdapat
berbagai jenis tanaman buah-buahan dan sayur mayur yang tumbuh begitu subur.
|
Dari
objek yang dikunjungi apakah perusahaan tersebut menghasilkan limbah? Jika ya,
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut :
a.
Limbah apakah yang dihasilkan (padat,
cair, gas)?
b.
Sebutkan macam-macam limbah yang
dihasilkan?
c.
Apakah limbah yang dihasilkan sudah
dikelola dengan baik? Bagaimana penanganannya?
d.
Apakah limbah yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan kembali? Jelaskan!
Jawab
:
a.
Limbah yang dihasilkan berupa padat.
b.
Limbah yang dihasilkan adalah kain perca
dan sisa zat pewarna sablon.
c.
Limbah tersebut sudah diambil dengan
pihak lain dan dikelola dengan baik, kain dikelola oleh pengrajin untuk didaur
ulang sedangkan sisa zat sablon diproses dan digunakan oleh pabrik dan
digunakan untuk penyablonan lagi.
d. Limbah
yang dihasilkan dapat dimanfaatkan kembali, kain perca dapat di daur ulang oleh
pengrajin untuk membuat kerajinan seperti
kain lap, tas, dll.
INSTRUMEN OUTOOR LEARNING
Mapel
: FISIKA Tujuan
OL : Bali
Nama/Kelas
: Tahun
:2013/2014
A. PERTANYAAN
1. Saat
mengikuti outdoor learning ceritakanlah hal-hal yang berkaitan dengan Fisika,
yaitu :
a. Ketika
perjalanan berangkat/pulang
b. Ketika
kunjungan di lokasi perusahaan/pabrik
2. Apakah
ketika kunjungan di pabrik/perusahaan ada peristiwa yang berkaitan dengan :
a. Gerak
lurus, yaitu
b. Gerak
melingkar yaitu
c. Perubahan
energi dan usaha, yaitu
d. Perubahan
suhu, yaitu
B. JAWABAN
1. Ketika
mengikuti OL hal-hal yang berkaitan dengan Fisika adalah :
a. Saat
berangkat/pulang
1)
Bus melaju lurus di jalan dengan
kelajuan tetap,
2)
mobil di jalan raya dengan kecepatan
tetap stabil di dalam perjalanan,
3)
mobil yang bergerak di jalan lurus mulai
dari berhenti,
4)
kendaraan yang bergerak lurus dengan
kelajuan tetap hingga berhenti di rambu lalu lintas,
5)
kapal bergerak lurus saat berjalan
dengan kelajuan tetap,
6)
gerak melingkar pada roda bus yang
mempengaruhi kecepatan bus,
7)
gaya gesek roda bus dengan aspal,
8)
tegangan pada jembatan penyeberangan di
pelabuhan,
9)
tekanan kapal pada laut dan kecepatan
melaju kapal.
b. Ketika
di lokasi perusahaan/pabrik
1)
Mesin sablon yang bergerak melingkar,
2)
gerak melingkar pada mesin jahit,
3)
usaha dan daya listrik.
2. Saat
kunjungan di perusahaan/pabrik Konveksi Krisna, maka:
a. Peristiwa
yang berkaitan dengan gerak lurus adalah
1)
Mesin jahit manual yang merubah daya
gerak lurus menjadi gerak putar.
b. Peristiwa
yang berkaitan dengan gerak melingkar adalah
1)
Mesin sablon yang bergerak melingkar
2)
Gerak melingkar pada mesin jahit
c. Peristiwa
yang berkaitan dengan perubahan energi dan usaha adalah
1)
Pada para karyawan yang sedang menjahit,
2)
para karyawan yang sedang melipat, dan
3)
para karyawan yang sedang mengepack
baju.
d. Peristiwa
yang berkaitan dengan perubahan suhu adalah
1) Pengeringan
hasil sablon agar sablon menjadi kering (di tempatkan di suhu yang lebih panas
dibanding saat disablon).
INSTRUMEN
OUTDOOR LEARNING KE BALI
MATA
PELAJARAN SEJARAH
TAHUN
2013/2014
ISTANA TAMPAK SIRING (TIRTO EMPUL)
1.
Sebutkan identitas obyek
a.
Nama :
Tirto Empul
b.
Jelaskan arti yang terkandung pada nama
tersebut : secara etimologi Tirta Empul artinya air yang
menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang
menyembur keluar dari tanah.
c.
Kapan dibangun dan siapa saja yang
berperan dalam pembangunan Tampak Siring atau Tirto Empul
Istana
Tampak Siring yang mulai dibangun mulai Tahun 1957 selesai 1963 dengan
pemrakarsanya adalah Presiden RI pertama Ir. Soekarno. Kecintaan Bung
Karno kepada pesanggrahan Tampaksiring membuat Raja Gianyar kemudian
menyerahkan lahan pesanggrahan itu kepada negara. Pada 1955, Presiden Soekarno
memerintahkan arsitek R.M. Soedarsono membuat rancang-bangun untuk Istana
Kepresidenan di sana.
Pembangunan
Istana Tampaksiring dipersiapkan pada 1956 oleh Jawatan Pekerjaan Umum.
Soedarsono sendiri adalah seorang arsitek di jawatan itu. Bangunan Wisma
Merdeka mulai didirikan pada 1957 - di atas lahan pesanggrahan Raja Gianyar
yang dirobohkan - di bawah pengawasan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Seksi
Gianyar, Tjokorda Gde Raka
2.
Jelaskan tujuan pembangunan dan adakah kaitannya
dengan suatu kejadian peristiwa sejarah! Keunikan dari pura ini ada pada Jaba Tengah terdapat 33
buah aliran pancoran namun sekarang tinggal hanya 31 pancuran, yang berderet
menghadap ke barat sejumlah 7 buah tetapi tinggal 5 buah yang dialiri air suci
yang mana peruntukan pancuran ini adalah untuk meningkatkan aura kundalini yang
ada pada tubuh kita. Sebelum kita menceburkan diri ke kolam kita harus
menghaturkan sajen lebih dulu di tempat sajen yang telah ditentukan dengan
maksud untuk permisi, bahwa kita akan memulai ritual pembersihan diri.
Pancoran pertama dari paling barat tidak boleh digunakan karena pancoran ini hanya diperuntukan bagi tempat permandian dewa di Desa Bayung Kintamani, baru pancoran ke-2 sampai ke-10 boleh digunakan untuk menghilangkan hal-hal negatif atau membersihkan diri dengan nama-nama pancoran Penglukatan, Pebersihan dan Sudamala, sedangkan pancoran ke-11 dan ke-12 hanya diperuntukan untuk air suci upacara Pitra Yadnya bagi umat Hindu, karenanya tidak boleh digunakan untuk melukat/membersihkan diri.
Selain itu setiap umat di Bali bila melaksanakan suatu upacara yadnya, ritual terakhir pasti memohon air suci di areal Pura Tirta Empul. Setelah itu baru melanjutkan persembahyangan di bagian dalam pura.
Pancoran pertama dari paling barat tidak boleh digunakan karena pancoran ini hanya diperuntukan bagi tempat permandian dewa di Desa Bayung Kintamani, baru pancoran ke-2 sampai ke-10 boleh digunakan untuk menghilangkan hal-hal negatif atau membersihkan diri dengan nama-nama pancoran Penglukatan, Pebersihan dan Sudamala, sedangkan pancoran ke-11 dan ke-12 hanya diperuntukan untuk air suci upacara Pitra Yadnya bagi umat Hindu, karenanya tidak boleh digunakan untuk melukat/membersihkan diri.
Selain itu setiap umat di Bali bila melaksanakan suatu upacara yadnya, ritual terakhir pasti memohon air suci di areal Pura Tirta Empul. Setelah itu baru melanjutkan persembahyangan di bagian dalam pura.
3. Jelaskan
ciri-ciri fisik atau arsitektur bangunan atau Istana Tampak Siring tersebut
serta maknanya!
Berbeda dengan bangunan-bangunan Istana
Kepresidenan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda, Istana Tampaksiring
menonjolkan ciri keindonesiaan yang hangat. Tidak ada pilar-pilar besar
yang menampilkan kesan keagungan dan kekuasaan duniawi. Rancang-bangunnya
sangat fungsional, menonjolkan kesederhanaan dan fungsinya sebagai wisma
peristirahatan. Batu-batu alam dan batubata halus khas Bali sengaja ditonjolkan
untuk menciptakan corak kedaerahan. Ukiran batu paras dan tiang-tiang kayu gaya
Bali teras dipadu dalam konsep arsitekturya, bukan sebagai elemen tambahan yang
ditempelkan.
Konstruksi beton digunakan untuk
menerjemahkan rancang-bangun yang menuntut bentangan-bentangan lebar. Semua
bahan kayu jati serta bahan-bahan bangunan lainnya - kecuali pasir dan
batubata - didatangkan dari Jawa. Adapun elemen artistiknya - ukiran kayu
dan batu-dikerjakan oleh para seniman Bali.
Bung Karno sendiri memberi banyak
masukan pada rancang-bangun Istana Tampaksiring yang cirinya kemudian menjadi
unsur pengikat bagi bangunan-bangunan kepresidenan yang dibangun pada masanya.
Paduan wama oranye muda - versi lembut dari wama natural batubata - dan abu-abu
yang dipilih Bung Karno juga merupakan elemen kesamaan yang seakan tidak lekang
oleh zaman. Beberapa bangunan yang mempunyai ciri arsitektur serupa adalah
rumah pribadi Bung Karno di Batutulis, Bogor; Pesanggrahan Pelabuhan Ratu; dan
Wisma Dyah Bayurini di kompleks Istana Bogor.
Salah satu dari arsitektur dari
bangunan-bangunan Istana karya Soedarsono adalah penggunaan pipa-pipa sebagai
susuran(railing) di beberapa teras. Sekilas tampak seperti susuran kapal,
sebetulnya pipa-pipa itu juga berfungsi sebagai saluran air.
Pembangunan Istana Tampaksiring juga
mempertimbangkan kondisi sosial lingkungan sekitar. Sebelum bangunan Istana
didirikan, dibuatlah sebuah pusat kesehatan masyarakat dan pos polisi di Desa
Manukaya. Unit pembangkit listrik yang dibangun khusus untuk Istana pun ikut
dinikmati oleh masyarakat sekitar.
Tidak hanya terlibat dalam
rancang-bangun, Bung Karno yang insinyur sipil itu juga banyak ikut serta dalam
pelaksanaan konstruksi. Ia beberapa kali berkunjung ke Bali untuk melihat
kemajuan pembangunan Istana Tampaksiring. Misalnya, ia cepat melihat ketika
sebuah papan lis sepanjang 25 meter temyata tidak lurus terpasang.
Kadang-kadang ia juga melakukan sejumlah perubahan kecil terhadap rancang-bangun
secara langsung di lokasi.
Bung Karno menggagas pendirian sebuah
kediaman presiden di Tampaksiring karena dengan semakin eratnya perhubungan
dengan dunia - Indonesia mulai menerima banyak tamu negara yang banyak pula di
antaranya yang menyatakan minat untuk mengunjungi Bali.
Sang presiden memang piawai memilih
tempat-tempat yang akan dipakainya sebagai rumah hunian atau rumah tetirah.
Untuk menentukan lokasi tanah bagi rumah kediaman pribadinya di kawasan
Batutulis, Bogor, misalnya, ia menggunakan helikopter untuk memilih hamparan
tanah yang mempunyai hadapan terbaik ke arah Gunung Salak. Namun Bung Karno
tidak lagi memerlukan helikopter pada saat memilih lokasi tapak di Tampaksiring
itu sebagai tempat untuk membangun Istana Kepresidenan. Dalam beberapa kali
kunjungannya ke Bali sebelum 1955, ia sudah sering bermalam di rumah tetirah
milik Raja Gianyar di Tampaksiring. Pada masa Raja Gianyar V dan VI,
pesanggrahan itu banyak dimanfaatkan oleh para tamu asing, khususnya pejabat
pemerintah Hindia - Belanda. Para orang tua di desa itu masih ingat bagaimana
pesanggrahan itu tiba-tiba bersinar terang dengan cahaya lampu petromaks bila
Bung Karno datang ke sana. Pada masa-masa awal kunjungannya ke Tampaksiring,
selain ketiadaan listrik, Bung Karno juga masih menyaksikan betapa sulitnya
orang memikul air mendaki lereng terjal untuk mencukupi kebutuhan di
pesanggrahan.
Bung Karno juga menyukai beberapa pura
yang terlihat magis di sekitar pesanggrahan Tampaksiring. Selain Pura Tirta
yang berada di Tirta Empul, persis di bawah pesanggrahan terdapat Pura Tegeh
dan Pura Puca di tengah hutan di belakang Tirta Empul, serta Pura Gunung Kawi
yang tidak seberapa jauh dari pesanggrahan.
Sebuah lapangan pendaratan helikopter
juga dibangun di seberang Wisma Merdeka, sesuai dengan kegemaran Bung Karno
menggunakan helikopter setiap kali berkunjung ke Tampaksiring.Sebagai penyayang
tanaman, Bung Karno dulu selalu meminta agar beberapa staf Istana memegangi
pohon-pohon bougainville yang ditanam di dekat tempat pendaratan agar tidak
rusak didera angin pusaran dari baling-baling helikopter.
Sentuhan pribadi Bung Karno juga sangat
kental terasa pada berbagai elemen keindahan Istana Tampaksiring. Beberapa
petugas Istana masih ingat betul betapa Bung Karno sangat terlibat dalam memilih
jenis pohon yang akan ditanam serta di mana tepatnya pohon itu ditempatkan.
Petugas-petugas taman diminta untuk memancangkan tiang bambu di tempat sebuah
pohon akan ditanam. Bung Karno mengamati letak tiang bambu itu dari berbagai
penjuru. Kadang-kadang, ia memerlukan waktu beberapa hari sebelum menyetujui
letak pohon baru yang akan ditanam. Sebagai seorang insinyur, ia juga selalu
memperhitungkan letakan pohon berdasar proyeksi ketika nantinya tumbuh menjadi
besar.
Demikian pula ketika jika akan membuat
kolam, Bung Karno biasanya meminta seutas tali panjang yang dipakainya untuk
membentuk garis tepi kolam yang akan dibangun. Dengan tali itu ia
membentuk kolam-kolam yang hingga kini menghiasi Istana
Tampaksiring. Penempatan lukisan dan patung pun tidak lepas dari campur
tangan Bung Karno.
4. Jelaskan
tata ruang yang ada pada Istana Tampak Siring!
Kompleks Istana Kepresidenan
Tampaksiring kini terdiri dari empat wisma satu pendopa/wantilan dan ruang
konferensi.Gedung-gedung induk/utama Istana Kepresidenan Tampaksiring dibangun
secara terpencar di atas lahan seluas lebih dari 19 hektar. Dua gedung utama
diberi nama Wisma Merdeka dan Wisma Negara, tiga gedung utama yang lainnya
diberi nama Wisma Yudhistira, Wisma Bima, pendopo/wantilsn dan gedung
konferensi.
a. Wisma
Merdeka - luasnya 1.200 M2 - terdiri dari sembilan kamar Ruang Tidur I dan
Ruang Tidur II Presiden, Ruang Tidur Keluarga, Ruang Tamu, Ruang Kerja, yang
penataannya demikian indah, berhiaskan patung-patung serta lukisan-lukisan
pilihan. Wisma Merdeka adalah bagian Istana yang merupakan hunian bagi
Presiden dan keluarganya.
b. Wisma
Negara - luasnya 1.476 M2 – terdapat tujuhkamar yang terdiri dari Ruang Tamu
Negara. Ruang makan, kamar.
c. Wisma
Yudhistira terletak di sekitar tengah kompleks Istana Tampaksiring. Luasnya
1.825 M2. terdapat tujuh belas kamar dengan ruang utamanya yaitu lobi Wisma ini
merupakan tempat menginap rombongan Presiden atau rombongan tamu negara yang
sedang berkunjung ke Istana Tampaksiring; ruang-ruang atau kamar-kamarnya juga
untuk tempat peristirahatan para petugas yang melayani Presiden beserta
keluarga dan para tamu negara.
d. Wisma
Bima terletak di sebelah selatan Wisma Merdeka; luasnya 2.000 M2, rampung pada
awal tahun 1963. Perabot yang berada di dalamnya tertata sesuai dengan
fungsinya sebagai tempat beristirahat para pengawal serta petugas yang melayani
Presiden beserta keluarga atau para tamu negara.
e. Salah
satu bangunan yang tidak sempat diselesaikan pada masa Presiden Sukarno adalah
Balai Wantilan atau pendapa yang sepenuhnya dibangun mengikuti arsitektur
tradisional Bali. Bangunan ini beratap ilalang kini sudah diganti sirat,
dan tiang-tiangnya dari batang kelapa.
f. Gedung
Konferensi
Untuk kepentingan kegiatan Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 7-8
Oktober 2003, Istana dibangun gedung baru diberi nama Graha Bung Karno oleh
Megawati. Fungsinya untuk Konferensi beserta
fasilitas-fasilitasnya. Gedung ini dipergunakan untuk konferensi. Namun,
ruang utamanya dapat juga dipergunakan sebagai ruang resepsi dan ruangan jamuan
makan malam kenegaraan.
5.
Dampak keberadaan Istana Tampak Siring
bagi masyarakat Bali (Budaya, Sosial, Ekonomi)
a.
Budaya :
Keberadaan
Istana Tampak Siring tidak berdampak besar bagi kebudayaan masyarakat Bali
asli/ Bali Aga. Tetapi sebagian luntur akibat pengaruh dari wisatawan di luar
Bali.
b.
Sosial :
Menambah
erat persahabatan dengan negara lain.
c.
Ekonomi :
Akibat
adanya Istana Tampak Siring perekonomian masyarakat Bali meningkat karena
adanya pengunjung dari dalam negeri maupun mancanegara.
Mohon maaf jika masih ada kekurangan dalam penulisan dan isi, karena penulis juga baru dalam proses belajar. Terimakasih.
Bet365 Casino - Dr.MCD
BalasHapusFor the latest 밀양 출장마사지 casino bonuses, see our detailed review 파주 출장샵 of Bet365 충청남도 출장안마 Casino, including promotions, games, bonuses and promos. Rating: 3.4 · 7 의정부 출장샵 reviews 아산 출장안마